Polda, Dikbud dan UHO Gelar Diskusi Budaya di Baubau

Dengarkan Versi Suara
Polda Sultra Bersama Dikbud Sultra dan Universitas Halu Oleo melaksanakan Focus Grup Discussion (FGD) budaya di Aula SMAN 1 Baubau. Foto: IST.

 

 

BAUBAU – Polda Sultra Bersama Dikbud Sultra dan Universitas Halu Oleo melaksanakan Focus Grup Discussion (FGD) budaya di Kota Baubau bertempat di Aula SMAN 1 Baubau dan dihadiri oleh raja Buton ke XL dr H. La Ode Muhammad Izzat Manarfah pada Rabu (9/3/2022).

Kegiatan tersebut merupakan kerja sama antara Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tenggara ( Sultra ) bersama Polda Sultra dan UHO, guna mengumpulkan bahan dan materi untuk penulisan buku dengan tema ” Merawat Keberagaman Budaya di Sulawesi Tenggara”.

Hadir dalam kegiatan tersebut, Direktur Intelkam Polda Sultra , Komisaris Besar (Kombes) Pol Nanang Rudi Supriatna,SH., MH , Ketua tim penulis buku Prof Dr. LA Niampe, M.HUM, didampingi 5 orang tim lainnya yaitu DR. Sahrun, S.Pd.,M.Si, DR. Aslim, S.S.,M.Hum, DR. Rahmat Sewa Suraya, S.Sos.,M.Si, DR. Basrin Melamba dan DR. Safaruddin serta Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sultra yang sekaligus membuka acara secara resmi.

Kapolda Sultra dalam sambutannya yang dibacakan Direktur Intelkam Polda Sultra Kombes Pol Nanang Rudi Supriyatna, SH, MH, mengatakan Indonesia memiliki beragam dari mulai suku, agama dan ras. Dari perbedaan ini kita memiliki kesamaan yang besar dan kita harus menggali kesamaannya.

Olehnya itu sebagai penerus bangsa, kita harus bersama sama merawat dan bekerjasama dalam merawat keberagaman budaya di Indonesia, khususnya di Sultra. karna dengan terawatnya keberagaman dapat menciptakan situasi kamtibmas yang kondusif.

“Keanekaragaman budaya di Sultra merupakan salah satu wujud keberagaman yang ada di Indonesia. Perbedaan merupakan sunatulah dan menjadi tanggungjawab seluruh anak bangsa untuk menjaga keberagaman serta menjadikan sebagai kekuatan,” terangnya

Kombes Pol Nanang menyebutkan bahwa Sulawesi Tenggara memiliki banyak kawasan potensial yang menjadi obyek vital seperti di Kolaka ada kawasan Obyek Vital Nasional, di Konawe ada Kawasan Obyek Industri, di Wakatobi Kawasan Obyek Wisata.

“Dengan banyaknya potensi potensi yang ada di Sulawesi Tenggara semoga nantinya tidak ada perpecahan antara etnis yang dapat menganggu stabilitas keamanan di Sultra yang dapat mengangu obyek-obyek vital tersebut,” katanya.

Kombes Pol Nanang berharap peserta yang hadir dapat memberikan masukan masukan ide ide dan saran kepada tim penulis buku menjadikan sebagian bahan referensi dan pertimbangan. Sehingga nantinya buku tersebut dapat menjadi pemersatu semua kalangan kalangan etnis di Sultra.

” Semoga dengan adanya buku tersebut dapat menjadi pemersatu semua kalangan kalangan etnis di Sulawesi Tenggara,” tandasnya.

Sementara itu, ditempat yang sama Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sultra menyampaikan bahwa Buton adalah salah satu suku asli di Sultra sehingga dari tokoh adat dan peserta yang hadir diharapkan memberikan masukan terkait peradaban suku Buton serta adanya cerita sejarah yang dapat diangkat sehingga dapat memberikan warna tersendiri dalam penulisan buku yang akan disusun.

“Kehadiran Sultan Buton merupakan suatu anugerah dan wujud dukungan secara moril sehingga berharap penulisan buku dapat berjalan lancar dan memberi manfaat kepada masyarakat Sulawesi Tenggara dalam merawat keberagaman,” tandasnya.

Untuk diketahui, Dalam mengumpulkan bahan dan materi penulisan buku, Tim penulis juga menggelar kegiatan FGD di Kabupaten Konawe pada 11 Maret 2022 dan di kabupaten Kolaka pada 12 Maret 2022. (aji)